Posts

Showing posts from June, 2015

Legenda Dangun, Legenda Leluhur Bangsa Korea

Image
Alkisah, dahulu kala ada seorang dewa yang hidup di khayangan yang bernama Hwanin. Anak Dewa Hwanin yang bernama Hwanung meminta restunya untuk turun ke bumi karena ia memiliki ketertarikan kepada umat manusia. Hwanin pun merestuinya dan mengantarnya untuk turun dari khayangan ke gunung Taebek (태백산/ 太白山 )  dan membekalinya dengan roh Angin, Hujan, dan Awan sebagai pembantunya. 3000 pengikut Hwanung yang ikut turun dari khayangan pun membantunya memerintah di bumi untuk mengajarkan kebijaksanaan, cara bertani, seni dan sebagainya kepada umat manusia. Pada saat itu, ada seekor beruang dan seekor harimau yang ingin menjadi manusia. Mereka memohon kepada Hwanung agar dapat mengubah mereka menjadi manusia. Hwanung memberikan kepada mereka masing-masing satu buah mugwort dan 20 siung bawang putih. "Jika kalian hanya memakan ini dan menghindari sinar matahari selama 100 hari, maka kalian akan menjadi manusia," kata Hwanung. (sumber foto:  http://financedicc.tistory.com/1 )

Beasiswa ke Korea? Banyak!

Di era Hallyu (Korean Wave) sekarang ini, banyak orang yang ingin melanjutkan pendidikan ke Korea. Jenjang S1, S2, maupun S3 sekarang banyak diminati mahasiswa Indonesia. Setiap tahunnya, pendaftar beasiswa ke kedutaan Korea Selatan di Indonesia mengalami peningkatan, sehingga mahasiswa yang memiliki keinginan untuk berkuliah ke Korea harus pintar memilih strategi agar dapat diterima. Jika ingin memakai biaya sendiri, berapa sih biaya yang dibutuhkan? Kita ambil contoh program master sastra di KHU. Entrance fee sebesar 945.000 won, tuition fee 4.605.000 won/semester, insurance fee 99.200 won, dan biaya asrama 300.000 won/ bulan. Belum termasuk biaya hidup sebesar kira-kira 500.000 won/bulan. Jika dikalikan dengan kurs hari ini sebesar RP 12/won, bisa dikira-kira berapa juta yang harus kita siapkan dalam sebulannya. Karena biaya yang tinggi tersebut, banyak orang mengejar beasiswa kuliah dan beasiswa penuh di Korea yang diberikan beberapa institusi, yaitu: 1. Beasiswa yang dikelo

Semester 1 di Bahasa dan Kebudayaan Korea UI

Image
Juni 2009, pertama kali saya menjejakkan kaki di Universitas Indonesia untuk mendaftar ulang sebagai mahasiswa baru. Juli 2009, saat-saat saya mempersiapkan diri untuk ospek UI yang disebut sebagai OKK UI (Orientasi Kehidupan Kampus Universitas Indonesia). Tidak seperti ospek-ospek universitas yang terdengar menyeramkan di tv atau majalah, ospek UI tidak membuat mahasiswa barunya mendapatkan kekerasan dari senior. Yang paling saya ingat pada saat OKK adalah pada saat saya harus membawa tanaman per kelompok dan tanaman itu harus ditanam di kompleks kampus untuk penghijauan. Malah yang saya dengar, pada ospek tahun 2008, para maba (mahasiswa baru) disuruh untuk membawa ikan agar dilepas di danau-danau UI. Agustus 2009, saat-saat maba dilatih oleh Pak Dibyo untuk menjadi paduan suara untuk wisuda semester genap 2009. Sudah menjadi tradisi di UI bahwa mabalah yang menyanyikan lagu-lagu pada saat wisuda semester genap. Sayangnya, saya tidak mendapatkan kesempatan untuk menyayikan d

Sastra Korea UI? Hmmm......

Sudah lama saya ingin menulis mengenai pengalaman pribadi melalui blog namun baru sekarang saya bisa mempunyai waktu untuk menulis mengenai saat-saat saya masuk ke jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia. Awalnya, saya ingin menjadi dokter. Kebanggaan keluarga. Orang tua mana yang tidak ingin anaknya menjadi dokter? Maka pada tahun 2009 saya mendaftar ke UI, UGM, UNDIP, dan USU melalui SNMPTN dan jalur mandiri masing-masing. Saya memilih kedokteran sebagai pilihan pertama di universitas-universitas tersebut. Saya juga sempat mendaftar ke Universitas Trisakti dan diterima tapi ah......... Terlalu mahal untuk keluarga saya, bagaimana nanti sekolah adik-adik saya? Akhirnya pada saat mendaftar ke UI dan UGM, saya membuat 3 pilihan jurusan. Kedokteran, Ilmu Gizi, dan Sastra Korea. Pada saat pengumuman, ternyata saya hanya diterima di jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea UI. Stres? Iya. Kecewa? Tentu. Saya merasa saya tidak cukup cerdas untuk bisa membahagiakan oran