Posts

Showing posts from August, 2020

Gwangju – Boseong – Mokpo selama 3 hari 2 malam

  Seoul (Gimpo) to Gwangju à July 24 th , 2020 -         Berangkat dengan pesawat/KTX = KRW 17.900~48.500 (pesan 1-2 minggu sebelumnya) -        Mudeungsan National Park melalui 지산유원지 (kalau mau naik monorail atau cable car, harus bayar KRW 10.000 per orang) -         Makan siang di 동궁게장백반 (menu 백반 KRW 9.000 per orang) -         Sajik Park & Observatory (gratis) -         Chungjang-ro Street ( 충장로 ) -         Makan malam tteokgalbi (Hanwoo KRW 22.000, Babi KRW 13.000) -         Songjeong Market -         Transport di dalam Gwangju menggunakan bus kota, sekali tap KRW 1.250 -         AirBnb: KRW 209.108   Gwangju ( 광주종합버스터미널 ) to Boseong Daehan Dawon ( 녹차밭 ) à July 25 th , 2020 -         Naik taksi dari AirBnb ke terminal, kurang lebih KRW10.000~20.000 -         일반 버스 , jam 08.25 = KRW 10.500 -         Daehan Dawon Green Tea Field (entrance fee KRW 4.000, green tea ice cream KRW 3.500, green tea tteokbokki KRW 3.000), disarankan cek jadwal bus ke Bo

Studi Banding tentang Vanishing Hitchhiker antara Korea dan Indonesia (Bagian 1)

 Pada awal tahun 2020 ini, kebetulan saya membantu dosen saya yang bernama Yeom Won-hee di Kyung Hee University untuk membuat sebuah jurnal yang membandingkan antara cerita hantu di Korea dan Indonesia. Bahan penelitiannya sangat menarik dan semua responden yang ikut di dalam penelitian ini juga sangat menggebu-gebu saat memperkenalkan cerita-cerita hantu di Korea Selatan. Abstrak jurnal yang akhirnya terbit pada bulan Mei 2020 ini adalah sebagai berikut. Dalam tulisan ini, kisah-kisah mengenai The Vanishing Hitchhiker, sebuah cerita yang tersebar dan banyak diturunkan dari mulut ke mulut di berbagai negara, yang di Korea dan Indonesia ditampilkan dan dibandingkan. The Vanishing Hitchhiker adalah legenda urban mengenai keingintahuan tentang makhluk tidak realistis yang muncul dan menghilang sebagai motif utamanya. Di Korea, sebagai transmisi online, Ghosts in Zayuro dan Taxi Cabs Carrying Ghosts telah ditemukan dalam berbagai versi, dan telah dikemukakan bahwa hantu tersebut dibunuh da

Factfulness: Ten Reasons We're Wrong About the World and Why Things Are Better Than You Think (Bagian 1)

Dalam sebuah acara televisi Korea Selatan yang berjudul 책 읽어드립니다, atau dalam bahasa Indonesia adalah 'Saya akan bacakan buku untuk Anda', ada satu buku menarik yang dibahas, yaitu 'Factfulness: Ten Reasons We're Wrong About the World and Why Things Are Better Than You Think'. Buku ini membahas mengenai berbagai fakta mengenai dunia yang selama ini kita pikir benar, tetapi ternyata salah. Buku ini ditulis oleh Hans Rosling dan dibuka mengenai data pemasukan rata-rata masyarakat dari berbagai negara yang bisa kamu cek di sini .  Level pemasukan pun di bagi menjadi 4 berdasarkan air minum, transportasi, cara memasak, makanan dan, juga tempat tidur. Level 1 merupakan level terparah, yaitu air minum ang masih sulit didapatkan, transportasi yang masih hanya dengan berjalan kaki, makan dengan makanan yang kurang layak, dan tidur beralaskan tikar. Level 4 merupakan level tertinggi dengan air minum yang bisa didapatkan dari air keran, transportasi dengan mobil, kompor yang m

Makanan Berbau Teh Hijau di Boseong

Image
Kota Boseong di Korea Selatan merupakan kota kecil, tetapi sangat terkenal karena perkebunan tehnya. Salah satu perkebunan teh yang terkenal di Boseong adalah Daehan Dawon. Boseong bisa ditembuh dengan bus antar kota dari Kota Gwangju selama 1 jam 20 menit. Kamu bisa naik bus dari terminal bus Gwangju ke Halte Nokchabat (녹차밭), akan tetapi bus ini hanya ada satu jam sekali sehingga kamu harus bisa memastikan jadwal bus sebelum kamu berangkat. Perkebunan teh ini sudah masuk ke dalam berbagai drama Korea Selatan sehingga terkenal di antara turis lokal dan internasional. Makanan-makanan yang dijual di dalam kantin Daehan Dawon ini hampir semua dibuat dari teh hijau. Saya sempat mencoba donkatsu, naengmyeon (mi dingin), dan jjajangmyeon (mi hitam) yang terbuat dari teh hijau. Rasanya cukup unik karena saya baru pertama kali mencoba mi yang dibuat dari teh hijau. Namun sepertinya saya tidak akan makan lagi jika saya kembali ke perkebunan ini untuk kedua kalinya, hehe. Makanan yang paling ban