Dongeng Penebang Kayu dan Bidadari (Bagian 5)
Kisah seorang penebang kayu miskin yang
mendapatkan istri seorang bidadari seperti yang terlihat dalam dongeng “Penebang
Kayu dan Bidadari” menggambarkan kisah pernikahan yang romantis dari sisi pria
dan juga merupakan kisah penyelamatan dari sisi mitos. Sang bidadari tak hanya merupakan sosok seorang wanita yang
didambakan oleh pria yang miskin, tetapi juga merupakan sebuah tokoh penyelamat
dan seorang dewi. Akan tetapi, akhir-akhir ini kisah “Penebang Kayu dan Bidadari”
dilihat dari sisi yang sama sekali berbeda oleh peneliti di bidang pendidikan
sekolah. Kisah ini dianggap merupakan kisah kekerasan seksual dan kisah
penculikan wanita, karena dilihat dari sudut pandang sang bidadari, anak-anak,
dan orang tua sang bidadari. Beberapa sekolah dasar di Korea pun sekarang
mengkritik keras kisah ini karena dianggap tidak cocok untuk pendidikan
kesetaraan gender serta mengajarkan konten yang menindas perempuan.
Dongeng “Penebang Kayu dan Bidadari” yang
awalnya berasal dari mitos dan legenda ini masiih terus diperdebatkan hingga
sekarang. Di salah satu sisi, dongeng ini merupakan bagian dari cerita rakyat
yang penting bagi masyarakat karena merupakan peninggalan sejarah dari nenek
moyang kita, tetapi di sisi lain, kisah ini juga merupakan bagian dari
pendidikan anak-anak sehingga perlu dievaluasi lagi lebih lanjut. Kisah ini
masih terus diceritakan dari mulut ke mulut hingga sekarang, apa yang
menyebabkan kisah ini dicintai oleh masyarakat dari zaman dahulu kala?
Sumber: Kuliah Prof. Kwon Hyuk-rae mengenai cerita rakyat
Comments
Post a Comment