Dongeng Penebang Kayu dan Bidadari (Bagian 3)


Versi yang paling umum dari dongeng “Penebang Kayu dan Bidadari” adalah versi bidadari yang kembali ke kahyangan. Akan tetapi ada versi-versi lainnya yang mempunya akhir cerita tambahan setelah sang bidadari terbang ke kahyangan. Beberapa versi lainnya adalah penebang kayu yang terbang ke kahyangan, penebang kayu yang mendapatkan ujian di kahyangan, dan juga penebang kayu yang kembali lagi ke bumi.

Pada versi bidadari yang kembali ke kahyangan, sang penebang kayu melanggar larangan yang dibuat oleh istrinya sehingga sang bidadari harus kembali ke kahyangan. Sang penebang kayu yang tertinggal di bumi mati karena sangat merindukan istrinya. Versi “Penebang Kayu dan Bidadari” ini merupakan versi yang paling pendek dan sederhana.

Pada versi penebang kayu yang terbang ke kahyangan, sang penebang kayu menaiki alat timba lalu hidup bahagia dengan sang istri di kahyangan. Inti dari versi ini adalah penebang kayu yang terbang ke kahyangan. Sang penebang kayu tidak memiliki orang tua sehingga ia berharap untuk hidup bahagia bersama istrinya.

Pada versi penebang kayu yang mendapatkan ujian di kahyangan, setelah sang penebang kayu tiba di kahyangan dengan menaiki alat timba, ia harus mengikuti berbagai ujian untuk menjadi menantu Kaisar Langit, lalu hidup bahagia bersama sang bidadari. Versi ini adalah versi yang menarik dari versi penebang kayu yang terbang ke kahyangan. Untuk bisa hidup di kahyangan, sang penebang kayu harus mengikuti berbagai ujian.

Pada versi penebang kayu yang kembali lagi ke bumi, sang penebang kayu memang bisa terbang ke kahyangan dengan menaiki alat timba dan hidup bersama istrinya di kahyangan, tetapi ia rindu dengan orang tuanya yang masih tinggal di bumi. Ia akhirnya memutuskan untuk turun sementara ke bumi, akan tetapi ia melanggar larangan yang diberikan oleh sang bidadari sehingga ia tidak bisa kembali ke langit, lalu mati dan hidup langi menjadi seekor ayam jantan. Versi ini akhirnya menjadi dongeng terjadinya seekor hewan. Sang penebang kayu tidak boleh turun dari kuda, akan tetapi ia tidak bisa menahan diri untuk turun dari kudanya saat bertemu dengan ibunya yang sudah lama tidak ia temui, atau ia menumpahkan bubur labu di punggung kuda sehingga ia jatuh dari kuda.

Larangan yang ada di dalam dongeng “Penebang Kayu dan Bidadari” memegang peranan yang sangat penting. Larangan atau hal tabu dalam sebuah mitos dapat menyimbolkan sesuatu yang sakral atau suci, di dalam sebuah legenda hal itu menjadi moral cerita, dan di dalam dongang hal itu merupakan suatu unsur intrinsik dalam cerita yang memegang peranan penting dalam akhir sebuah cerita. Rusa di dalam dongeng “Penebang Kayu dan Bidadari” juga memberikan arah yang baru kepada sang penebang kayu di dalam cerita.

Pelanggaran yang dilakukan oleh sang penebang kayu memberi kontribusi dalam hancurnya pernikahan mereka, akan tetapi pendongeng membuat versi penebang kayu yang terbang ke kahyangan untuk memberikan akhir yang cocok bagi pendengar yang ingin tahu apa yang terjadi setelah sang bidadari terbang kembali ke kahyangan.

Sumber: Kuliah Prof. Kwon Hyuk-rae dari Yongin University mengenai Cerita Rakyat Korea


Comments

Popular posts from this blog

Sastra Korea UI? Hmmm......

인도네시아 민요 소개

Dongeng Penebang Kayu dan Bidadari (Bagian 1)