Inspirasi dari Kim Je-deok, Pemanah Remaja dari Korea
Seorang siswa SMA kelas dua biasa yang tinggal dan bersekolah di salah satu kabupaten di Korea tiba-tiba menjadi superstar setelah tampil mewakili Korea Selatan pada Olimpiade Tokyo yang diselenggarakan Juli-Agustus 2021 lalu. Berusia 17 tahun dan selalu berteriak untuk menyemangati diri dan timnya di setiap pertandingan, ia membuat dirinya menjadi disukai oleh masyarakat Korea. Ia mampu membawa pulang 2 medali emas dari cabang panahan beregu campuran dan beregu putra sehingga semakin dielu-elukan di Korea. Namanya adalah Kim Je-deok.
Para atlet panahan Korea Selatan kembali pada awal Agustus lalu dan bisa langsung syuting berbagai acara televisi karena sudah divaksin dan tidak wajib untuk menjalani karantina setelah kembali ke Korea Selatan. Akan tetapi, Kim Je-deok wajib untuk menjalani karantina selama dua minggu setelah tiba di Korea Selatan karena ia masih di bawah umur untuk mendapatkan vaksin Covid-19 di Korea Selatan sehingga masyarakat harus menunggu dia selesai karantina dulu sebelum melihat kesehariannya di TV nasional.
Tanggal 16 Agustus lalu Kim Je-deok keluar dari karantina dan langsung mengunjungi neneknya yang sedang dirawat di RS khusus lansia. Kim Je-deok sendiri kehilangan ibunya dari usia kecil, sehingga neneknya yang membesarkannya hingga dewasa inilah yang paling berarti di kehidupannya. Kunjungannya ke RS untuk menemui neneknya dan memberikan medali emasnya diliput oleh beberapa media dan membuat masyarakat Korea menitikkan air mata. Masyarakat pun akhirnya mengetahui latar belakang kehidupan Kim Je-deok.
Kim Je-deok lahir di Seoul pada tahun 2004, tetapi harus pindah ke Kabupaten Yecheon karena ibunya meninggal dunia saat ia masih kecil dan akhirnya ia diasuh oleh kakek dan neneknya. Saat ia kelas 3 SD, salah satu temannya yang bernama Jun-ho mengangkat tangannya untuk mengerjai Kim Je-deok supaya Kim Je-deok ikut ekskul panahan. Siapa sangka candaan anak SD itu bisa menorehkan sejarah baru untuk Korea Selatan.
Kim Je-deok mulai ikut kejuaraan dan mulai memenangi banyak kompetisi hingga menjadi juara nasional pada saat dia kelas 4-6 SD, akan tetapi kakeknya meninggal saat ia duduk di kelas 6 SD sehingga dia berjanji pada dirinya dan neneknya untuk memberikan medali emas olimpiade untuk neneknya. Ayah Kim Je-deok sendiri ternyata juga sakit-sakitan, bahkan sempat 3 kali pendarahan otak hingga hampir cacat. Oleh karena itu, secara otomatis, Kim Je-deok menjadi tulang punggung keluarganya.
Janji Kim Je-deok ke neneknya akhirnya bisa teralisasi saat Kim Je-deok mengalungkan medali emas olimpiade tersebut ke neneknya. Adegan itu membuat masyarakat terharu dan berharap agar Kim Je-deok tetap berjuang agar bisa menjadi atlet panahan Korea Selatan yang disegani oleh dunia.
Comments
Post a Comment