Kamu bekerja untuk hidup, atau hidup untuk bekerja?
Ada suatu saat di mana aku tidak pernah berhenti bekerja. Senin-Jumat bekerja di suatu perusahaan sampai sore, lalu mengerjakan terjemahan pada malam harinya. Sedangkan pada akhir pekan, aku menghabiskan waktu untuk mengajar dan juga ke gereja. Tidak ada waktu untuk mengurus diri sendiri, hingga akhirnya aku tumbang dan dirawat selama seminggu di rumah sakit.
Tak terasa, aku malah senang berada di rumah
sakit. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tidak dituntut untuk bekerja keras.
Aku bisa beristirahat di tempat tidur dan menonton drama favoritku. Memang aku
tidak bisa makan dengan enak karena aku menderita infeksi usus, tetapi aku bisa
beristirahat dan tidur dengan tenang tanpa memikirkan deadline pekerjaan.
Seminggu setelah dirawat, aku kembali ke
pekerjaanku seperti biasa dan mengangkat telepon dari para customer aku. Namun
yang membuatku terkejut adalah salah satu customerku yang biasanya sangat
ketus, tetapi berubah hari itu.
“Mbak, saya dengar mbak sakit ya?”
“Iya, saya terlalu sibuk sampai lupa makan.
Jadi saya sempat makan sembarangan dan terkena infeksi usus.”
“Mbak, jangan lupa loh. Kita itu bekerja
untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Jangan lupa untuk menyisihkan waktu
untuk mbak istirahat dan refreshing. Hidup itu hanya sekali, jangan sampai
hidup mbak habis hanya untuk bekerja saja.”
Comments
Post a Comment